Saturday, May 5, 2012

Aku dan Virus MULTIPLE INTELLIGENCES





 Semua berawal dari dendam yang sangat mendalam….
***
Rabu yang hectic-sekitar 3 tahun yang lalu… Dari pertama berangkat sekolah, Alvin sudah bad mood. Entah karena tidurnya kurang, tidak cocok sama menu breakfast pagi itu, atau karena hal lain, yang jelas sepanjang pagi sudah beberapa kali menunjukkan “kelincahannya”

Sampai di sekolah –sebuah playgroup yang tergolong prestisius di daerah kami- “kelincahan” dia terus berlanjut. Sepanjang jam sekolah dia selalu ngikut sama si M, teman perempuannya. Pingin main sama-sama, tapi kayaknya M tidak mau didekati Alvin. Dia terus memaksa bahkan ketika pelajaran berakhir dan waktunya bermain dalam kelas, Alvin terus saja ngikut M, berusaha merebut mainannya- dan aku tahu pasti itu dalam rangka menarik perhatian. Kulihat dari luar jendela, di dalam kelas para gurunya sibuk mencegah Alvin.

Puncaknya ketika tiba-tiba saja Alvin yang sedang berteriak dibawa keluar gurunya, aku hampiri dan  kepseknya juga tergopoh-gopoh datang.

“mama, tadi Alvin  menjahili si M terus. Sudah saya cegah, tapi tetap jahil.sampai lama-lama berebut mainan sama si M, dan nggak tahu gimana kejadiannya tiba-tiba saja jidat si M kena dinding sampai benjol..”

“nggak ditanya ya, kenapa dia menjahili M?” tanyaku

“saya cegah mama, karena sikapnya sudah membahayakan temannya. Ini saja saya bawa keluar takutnya teman-teman lainnya jadi korban juga..”

“begini saja mama, untuk sementara biar Alvin dirumah dulu, sekitar seminggu lah, biar tenang. Nanti biar dia pindah ke kelas lain…” kepseknya mencoba menengahi

What!!! Anakku di SKORS!!!

Tiba-tiba saja aku merasa limbung, eneg banget melihat wajah-wajah cantik yang ada dihadapanku. Mereka menyebut dirinya pendidik, tapi tidak bisa memperlakukan anakku secara manusiawi. Saat itu juga aku membuang jauh-jauh angan-anganku untuk menyekolahkan Alvin lebih lama lagi di tempat ini, meskipun tempat ini ada TK dan SD nya. Buat apa sekolah di tempat yang tidak bisa memanusiakan anakku??

Dan sejak saat itu juga aku bertekad untuk bisa mendidik anakku sendiri secara manusiawi- menghargai segala kelebihan dan kekurangannya, membantunya menemukan potensi,mengawal perjalanan hidupnya sampai kelak dia bisa menepuk dada dan berkata here I am...- tanpa aku tahu harus dengan cara apa, pendekatan seperti apa dsb dst, karena aku bukan ahli pendidikan dan bukan juga ahli psikologi..

Secercah cahaya itu muncul ketika ada tetangga yang memberitahu bahwa di daerah kami ada sebuah TK yang menyeleksi siswanya yang akan masuk dengan metode MIR (Multiple Intelligences Research). Waktu itu dia bilang

“semacam psikotes mbak, tapi sederhana kok. Kemudian kelas-kelasnya digolongkan pada sifat-sifat anak ..(maksudnya kecenderungan kecerdasan dan gaya belajarnya)”

Dari situ aku mengenal Multiple Intelligences (MI), mulai rajin googling, baca-baca bukunya, dan itu semua seakan memberi energi yang maha dahsyat ke aku dalam rangka mengawal “perjalanan” Alvin. Aku harus bisa menerapkan MI untuk mendidik Alvin, aku harus bisa mendobrak paradigma siapapun para ortu di muka bumi ini tentang label anak nakal dan anak bodoh. Aku harus bisa menjadikan MI ini seumpama virus yang cepat menyebar, menginfeksi semua tubuh ortu di muka bumi, agar merasuk kedalam jiwa dan raga mereka. terutama yang selalu menganggap Alvin anak nakal, liar, dan trouble maker

Sekarang obsesi tersebut mendapat jalannya. Sebuah aktivitas baru yang sangat menyenangkan. Bergabung dengan orang-orang yang satu visi dan misi, bahu membahu dalam mewujudkan satu tekad: mendirikan rumah kedua yang sangat hommy, tempat anak-anak dikokohkan pondasi akidahnya, dibangun karakternya, dan membantu mereka menggali potensi agar menemukan kondisi akhir terbaiknya, dan rumah itu adalah Sekolahnya Manusia

Finally, kutemukan juga apa yang aku cari. Biarlah aku menjadi udara yang akan menerbangkan virus MI, juga menjadi air yang akan mengalirkan virus MI kemanapun, ke siapapun di muka bumi ini.Aku bukan ahli pendidikan, bukan juga ahli psikologi, tidak pernah mengajar disekolah apalagi bersertifikasi. Tapi aku punya insting seorang ibu yang ingin mendidik anakku-dan anak-anak lain- dengan cinta, karena mereka adalah masterpiece yang sempurna hasil karya tangan Tuhan yang akan menghuni rumah masa depan…
***
Dendam itu masih ada, semoga mereka yang pernah kasih skors sama Alvin diberi panjang umur. Hingga kelak Alvin menemukan kondisi akhir terbaiknya, akan aku antar Alvin menghadap beliau-beliau dan berkata : anakku yang NAKAL atau kamu yang STUPID???

1 comment:

  1. Semoga Alvin akan menjadi Thomas A.Edison - Thomas A.Edison yang lain.

    ReplyDelete